Sabtu, 19 Oktober 2013

NYAMANNYA HIDUP MEMBUJANG, siapa takut ...



Hidup membujang apa salahnya?
Sebuah ganjalan dihati yang bertahun2  selalu mengganggu.  Kuputuskan hidup membujang selamanya, keputusan yang berat, sama beratnya  kita menerima komitmen untuk hidup berumah tangga. Hidup adalah pilihan, itu yang pernah dikatakan seseorang yang pernah menjadi panutan dimasa kecilku. Apapun pilihan kita jangan pernah takut untuk salah.

Hidup membujang? Pasti banyak ditentang dari kalangan manapun, dari keluarga, teman, lebih2 dari  kalangan agama manapun.  Keputusanku untuk hidup membujang, bukan sekedar mengikuti  trend yang ada dikota2 besar. Bahwasannya kebanyakan kalangan muda dikota2 besar yang dari segi  ekonomi mampu banyak yang memilih hidup membujang dari pada menjalin komitmen untuk hidup berumah tangga. Aku bukan dari golongan itu (karena dilihat dari segi ekonomi, saat ini adalah masuk dalam katagori ekonomi pas2an he he he…), bukan juga karena dari segi patah hati ataupun sexsual disoriented, ataupun takut tidak bisa menafkahi. Keputusan ini adalah sebuah pilihan untuk menjalani hidup.

Hidup membujang bukan berarti tidak berguna dan selalu kesepian.  Dengan hidup sendiri, aku merasa lebih produktif, karena hidup ini adalah sebuah tanggung jawab. Kesepian? Tidak ada rasa sepi dalam hidup ini, karena pikiran dan tenaga sudah terkonsentrasi untuk lebih bisa bermanfaat untuk menjalani hidup ini. Karena aku hidup bukan untuk menjadi beban, tapi bagaimana aku bisa berguna di kehidupan ini.
Tanggung jawab seorang pria adalah menikah, berumah tangga dan memiliki keturunan. Memang benar, tapi menurutku menikah dan berumah tangga adalah sebuah pilihan hidup, karena menikah dan perceraian ibarat dua sisi dalam sebuah koin. Kita bisa membuat keputusan untuk menikah dan bercerai  kapanpun jika sudah tidak ada kecocokan, itu sudah sebuah hal wajar didunia ini. Bagaimana dengan keturunan/penerus kita didunia ini ? itu hanya sebuah keegoisan kita untuk diakui keberadaan kita didunia ini, dan akan dilupakan dalam 2-3 generasi selanjutnya.  Bagiku, menikah dan berumahtangga ataupun membujang adalah sebuah pilhan hidup, bukan sebuah kewajiban. Dunia ini sudah cukup padat, untuk apa menambah keturunan yang belum tentu berguna, apakah bukannya lebih baik jika kita lebih concern pada anak2 yang kurang mampu dan terabaikan, daripada menambah 1-2 atau bahkan lebih,  anak2 yang belum tentu sesuai dengan keinginan para orangtuanya nantinya.

Hidup membujang lebih berkonotasi dengan seks bebas?  Jika kita membuat keputusan untuk hidup membujang, bukan berarti kita bebas memilih pasangan untuk diajak ketempat tidur. Itu sebuah keputusan hanya sekedar bebas mengumbar nafsu belaka, tidak ada gunanya dan celakanya bila hubungan tanpa status ini menghasilkan anak. Sungguh malang nasib masa depan anak ini. Bagiku, hidup membujang lebih berkonsentrasi untuk hidup lebih produktif dan positif. Dan pada dasarnya pelaku seks bebas bukan hanya monopoli para bujangan. Semua tergantung pada pribadi masing2.

Semoga dengan menulis artikel ini, bisa menjawab semua pertanyaan teman2 dan para sahabat, kenapa aku lebih memilih hidup membujang dan berusaha untuk menikmati semua statusku ini. Saya tidak pernah menentang sebuah pernikahan atau menyarankan sebuah pilihan untuk hidup membujang, semua terserah anda bagaimana menghargai sebuah pilihan yang dilakukan seseorang. Karena semua pilihan ada resikonya, dan saya berani menghadapi apapun itu. Dan semoga artikel ini juga bisa menjadi bahan renungan bagi para bujangan yang lain. HIDUP ADALAH PILIHAN…

(Thanks for my brother, Mr Donny Irmawan at somewhere, you inspired me )

Rabu, 16 Oktober 2013

KISAH SEJUTA RUPIAH



Tanggal 12/10 kemarin, kuselesaikan urusan ku dengan wawan.  Sedikit demi sedikit, bebanku mulai terangkat, semoga yang lainnya secepatnya juga akan menyusul. Sejuta rupiah untuk memutuskan sebuah tali persaudaraan, sungguh murah sekali menurutku. Sebuah masalah yang seharusnya ku selesaikan 2 tahun yang lalu, benar-benar ironis.
Hari Sabtu tepat setelah salat maghrib, kudatangi rumah bekas saudaraku itu, ku siapkan uang sejuta rupiah untuk membayar sisa hutang koperasi dia. Ku ketuk pintu rumah nya yang memang sudah terbuka, karena ga ada jawaban, aku langsung masuk. Kulihat iparku lagi santai nonton teve dengan dua keponakanku. Kutanyakan kemana suaminya (baru kali ini aku bicara dengannya setelah kejadian SMS itung2an). Dia jawab diluar, aku kembali keruang tamu, dan kulihat wawan baru masuk rumah, rupanya dia habis sibuk otak atik mobil barunya.
Aku duduk diruang tamu, ku jaga emosi semampuku, kutanyakan masalah hutang piutang. Dahulu dia pernah menjanjikan bantuan 1 juta rupiah untuk memperbaiki mobil , kupikir daripada rame dirumah (entah alasan apapun yang bisa menjadi sumber omelan) kuputuskan kuperbaiki di rumah teman.
Mas Rudi teman baik ku yang bekerja di bengkel siap membantuku. Tidak pernah bisa kulupakan jasa2 orang ini. Dia kerjakan mobil orangtuaku tiap malam sepulang kerja, dirumahnya. Untuk spare parts aku harus ngutang ke temanku yang punya toko onderdil di JL Untung Suropati Bjn. Selama 7 malam dikerjakan sendiri, sesekali ku tengok kerumahnya, kulihat ruang tamu ukuran 4X6 penuh deretan “jerohan” mesin sedan Honda prestige ’85, dan tidak pernah mematok harga berapa yang harus dibayar untuk semua jerih payahnya. Karena orang ini paham betul bagaimana sifat ku dan seluruh keluargaku.
Suatu siang saat perbaikan mobil itu, wawan datang ke tokoku menanyakan biaya perbaikan secara langsung, karena dia SMS ke aku ga pernah kubalas. Karena merasa kesal, apes dan harus menanggung beban sendiri, ga satu jawaban pun dia dapat, sebelum kembali ke kantor dia tegaskan lagi kalo mau bantu sejuta utk perbaikan mobil itu. Mungkin dia “merasa”, karena dia yang paling sering menggunakannya, kok aku yang harus nanggung semua. Sampai malam kemarin (12/10) baru ku ungkit, karena betapa kesalnya aku selama ini ditagih lewat SMS maupun lewat ibuku. Dan sudah kuduga, bagaimana jawabannya saat ku ungkit masalah bantuan sejuta perbaikan mobil itu. “ la jare arep mbok tanggung dewe”, pingin ngakak dalam hati, baiklah uang sejuta sudah kusiapkan, dan kutaruh diatas meja ruang tamunya, berarti urusan kita selesai, aku putuskan tali persaudaraan, kusuruh dia keluarkan semua barang ku dari rumahnya (yang katanya kuberikan pada keponakan2ku, padahal istrinya yang minta supaya digunakan utk keponakanku), karena lebih baik kuberikan ke pemulung daripada suatu saat nanti pasti jadi masalah (suatu saat pasti dibilang barang2ku cuma mengotori rumahnya). Sejuta yang pernah dia janjikan tetap kuanggap hutang, aku ga akan menagih utk ke2 kalinya. Biar jadi perhitungan nanti di akhirat, karena pada dasarnya aku sekarang juga ga butuh duit dari dia sepeserpun. Aku beranjak keluar ruang tamu dan langsung makan diwarung tetangga sebelah, lapar karena sehari  cuman sarapan pagi.
Sejam kemudian istrinya (iparku) dating ke loundryku, ngomel2 yang katanya aku ga punya rasa terimakasih sudah ditulung lah, ga lihat betapa kasihannya keponakanku lah, atau beratnya dia ngasih makan 3 mulut disbanding aku yg lapar cuman mulut2 ku sendiri, ga bisa menghargai orangtua lah. Yah kujawab dengan enteng, cuman “allhamdullilah”.  Aku Cuma bisa ketawa dalam hati, dia pernah SMS saat aku pulang dari jkt untuk ambil sisa2 barangku, dia bilang kalo aku sudah ngrepoti, mas Gun (kakakku yang dibandung) ngrepoti dia, ibu (mertuanya dia sendiri) juga ngrepoti dia, masak holo (besi sisa rangka atap plafon) yang dia gunakan harus dibeli. Padahal saat itu memang aku sedang tidak punya uang sama sekali. Kepulanganku dari jkt, rencanaku untuk ambil barang2 sisa untuk kujual dan kupakai biaya hidup di jkt. Yah daripada rame, aku ngalah, ga dapat duit dari barang2 sisa ku, aku masih punya kartu kredit Mega. Ku gesek di kota, ku ambil tunai (tanpa hitungan brp bunga yg akan kubayar nanti), langsung balik lagi ke Jakarta, mengadu keberuntungan.
Aku anggap lunas masalah repot ngrepoti dengan wawan sekeluarga, karena pada dasarnya kalo mau hitung2an saling ngrepoti, siapa yang paling direpoti? Kalo Cuma dia harus hutang koperasi supaya bisa menahanku utk tidak keluar dari kota ini 2 tahun yg lalu, sudah kubayar lunas (uang) plus dengan menghukum diri atas penyesalanku karena tidak percaya dengan hati nuraniku saat itu, dengan merendahkan diri mau mencuci pakaian orang lain selama 9 bulan nanti.
Kalo aku tidak tahu terimakasih, apakah dia (iparku) pernah sekalipun berterimakasih dengan semua bantuan2ku dulu. Bagaimana saat malam takbiran operasi Caesar anaknya yg kedua, sedikt banyak aku bantu (walaupun itu hutang dan sudah dibayar), apakah ada ucapan terimakasih, kalo waktu pergi rame2 belanja (tiap akhir bulan dulu aku bantu keluarga dengan mencukupi sedikit byk kebutuhan rumah), aku yang bayar, walaupun tidak semua belanjaan dia (gila apa memang aku harus bayar semua belanjaannya), setiap kali datang ke tokoku pinjam hp utk telephon ke keluarganya berjam2, apakah dia ingat bertrimakasih, jajan anak2nya kalo ketemu aku dimanapun. Berat rasanya aku menulis itungan2 seperti ini, kenapa aku jadi ikut2an peritungan, memalukan buat diriku. Tapi biarlah, sekali ini aja aku melakukan hal bodoh ini (itung2an).
Tapi lebih beruntung nya diriku, kakakku memutuskan balik kebandung setelah kepergianku ke jkt dari rumah ini. Seandainya dia jadi bekerja dan menetap di kota ini, tidak bisa kubayangkan bagaimana aku menyesali nya seumur hidupku, karena yang mengundang dan mengajak nya dia untuk mengadu nasib di tempat ini adalah aku. Bagaimana jadinya nanti,… Allah maha bijaksana… Amin

Minggu, 13 Oktober 2013

HARGA DARI SEBUAH PROFESI (bag2)


Kurang lebih jam sembilan siang masuk SMS dari pelanggan pemilik paketan bermasalah menanyakan celana jeans milik suaminya, warna coklat yang katanya hilang 10 hari yang lalu. Kaget juga aku membaca SMS ini, kenapa baru tanya sekarang kalo memang ada kehilangan celana. Memang benar ini pelanggan sering mengirim pakaian kotor diatas 10KG. Aku cek memang ada nota terakhir dia setor pakaian kotor 18KG 10 hari yang lalu.Kubalas SMS bermasalah dengan menanyakan Merk dan ukuran celana bermasalah itu. Karena mayoritas pelanggan disini orangnya baik dan bila ada terselip bukan pakaiannya selalu ke esokan pasti dikembalikan, jadi ada beberapa pakaian maupun celana yang belum ada yang mengakui sebagai pemilik barang tsb. Dan Barang bermasalah tsb aku sendirikan, dan kupajang didepan, siapa tahu ada pelanggan yang merasa kehilangan bisa mengklaim barang2 tsb. Selang 5 menit masuk SMS dari Ayu si pemilik paketan tsb. Dia bilang lupa ukuran dan merk celana tsb. Agak aneh, kehilangan barang tapi lupa merk dan ukuran, padahal milik suaminya. Thats ok, kubalas SMS dangan mengatakan supaya agak bersabar, akan ku usahakan membantu mencari di barang2 yang belum diklaim dan ku janjikan untuk broadcast via SMS ke semua pelanggan, kalo ada celana tsb yang mungkin keselip, supaya dikembalikan.

Satu dua SMS mulai berdatangan dari pelanggan. Semua menjawab tidak ada kebawa barang tsb di dalam paketan mereka. Sekitar jam 7 malam, Ayu menanyakan bagaimana kabar celana yang hilang tsb, apa sudah ketemu? Dan kujawab sedang diusahakan, sebenarnya agak aneh juga, mencari celana jeans warna coklat lupa merk dan lupa ukurannya juga.

Ku ingat2 SMS broadcast ke pelanggan siang tadi, jadi ketawa sendiri dalam hati.
"SEORANG PELANGGAN KEHILANGAN CELANA JEANS WARNA COKLAT TANPA MERK DAN UKURAN, SEKIRANYA TERBAWA BARANG TSB, MOHON DIKEMBALIKAN. TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA."
Keesokan paginya banyak SMS masuk dari pelanggan, rata2 mereka menjawab tidak ada barang tsb di dalam paketan mereka. Tentunya dengan bahasa yang berbeda2 mereka menjawab. Aku benar2 puas, karena dalam menjalankan bisnis Loundry ini, aku benar2 bisa membangun sebuah komunikasi kekeluargaan dangan banyak pelanggan. Sebenarnya agak berat juga, kalo mengingat begitu banyak hubungan baik yang sudah terbangun antar pelanggan, harus kutinggalkan 4 bulan lagi. Yah, diawal membuka usaha LOUNDRYku ini hanya ku targetkan selama 9 bulan, sesuai niatku untuk membuka usaha ini di kota ini.

Di daftar SMS juga ada SMS dari Ayu yang juga masih menanyakan kabar celana jeans yang hilang, dan masih kujawab untuk bersabar, karena sedang diusahakan mencari ke semua pelanggan.
Dia balas SMS ku dengan mungkin agak emosi kalo dilihat dari bahasanya. Karena ayu menuntut tanggung jawabku sebagai pemilik loundry, yang merugikan pelanggan atas hilangnya celana jeans milik suaminya. Hmmm... kupikir, agak ruwet juga ini orang. Ok, kuberi pengertian padanya tentang tanggung jawab pemilik Loundry kiloan. Ayu pernah cerita kalo dulu pernah ikut bekerja di usaha Loundry juga, dan menawarkan diri untuk membantu bekerja di LOUNDRYKU. Karena masih bisa kuatasi sendiri, jadi kutolak dengan sopan. Seharusnya dia paham dengan sistem kerja loundry kiloan berbeda dengan loundry premium. kalo loundry kiloan seharusnya yang dihitung adalah berat jenis loundry yang masuk dan dikerjakan, berbeda dengan loundry premium yang dihitung perpotong pakaian yang masuk dan dikerjakan. Memang kalo loundry premium lebih mahal, karena dihitung perpotong jenis pakaian, tapi tanggung jawab untuk penggantian barang yang hilang juga dihitung perpotong jenis bahan yang diloundrykan.

Tapi bukan berarti Loundryku (yang menggunakan sistem kiloan) terus lepas dari tanggung jawab untuk kehilangan pakaian yang di kerjakan. Loundryku masih memiliki tanggungjawab moral untuk membantu mencarikan barang yang hilang semampunya. Dan itu sedang dilakukan. Ayu, sebagai pelanggan, sepertinya sudah paham tentang aturan itu, tapi mungkin masih terbawa emosi (karena habis M*** kali), dia jawab "bisa menerima kehilangan barang tsb" dan menganggap urusan sudah "selesai". Lalu saya tanyakan bagaimana dengan paketan yang bermasalah ini (CD BH piyama)? Dia bilang "biar
ikut hilang juga".Aneh, habis kehilangan celana jeans tanpa ukuran, sekarang malah membiarkan "barang2 pribadinya" hilang juga. Sambil melayani pelanggan yang keluar masuk, tetap ga habis pikir tentang hal ini.

Menjelang malam, karena saking banyaknya loundry masuk hari ini, lemburan setrika juga menumpuk. Masih jam 8, malam itu kuputuskan untuk mulai mengerjakan setrikaan yang sudah mulai mengantri. Kudengar SMS masuk dari HP ku, tapi tetap kulanjutkan setrikaanku. Karena bila ditinggal melakukan aktifitas lainnya, disini rawan kekeliruan terjadi. Bila ingin meninggalkan meja setrika, harus keselesaikan minimal satu paket, kalau tidak, bisa runyam hasilnya. Memang antrian setrika sudah kubuat berderet dan ditandai dengan tag name tiap pelanggan. Tapi karena keterbatasan tempat, deret antrian tidak bisa lurus, tapi mengular, ha ha ha....SMS masuk selang 2 menitan, kupikir siapa SMS malam2 begini. Setelah kuselesaikan satu paket dan ku paking rapi, setrika kumatikan. Ku cek SMS masuk yang bertubi2, ada 6 SMS masuk, semua dari nomor yang bukan dari list pelanggan ataupun list dari teman2. Semua nomor baru tidak dikenal, dan isinya cuman iseng ngajak kenalan,... Yang terakhir "malah pamer duit 100rb rupiah, enaknya dibuat apa?" Baru kali ini selama 5 bulan aku disini dapat teror SMS macam ini. mengganggu orang lagi kerja saja. KU lanjutkan lemburan setrika, kubiarkan SMS masuk lagi sampai selesai jam 2 pagi. Karena ngantuk ga sempat lagi buka SMS. kututup Loundryku, langsung berangkat tidur.Keesokan paginya kubuka Loundryku seperti biasa. Sambil penasaran kucek SMS yang masuk semalam, masih ada 7 SMS belum kebaca, kubuka semua sama isinya, skedar hay..., boleh kenalan?,  siapa ini?, Ada duit 100rb enaknya buat apa ya?.Nomor baru tidak dikenal. Orang iseng lagi, siapa ini?

Selasa, 01 Oktober 2013

HARGA DARI SEBUAH PROFESI (bag 1)



Empat hari yang lalu, seorang pelanggan (tetap) datang ke Loundryku. Sepasang suami istri dengan tergesa-gesa meninggalkan sebuah paket cucian didalam tas cantik berwarna merah muda. Suatu kejadian yang ku anggap wajar, karena mayoritas pelanggan Loundryku adalah orang2 yang sibuk bekerja. Dan pada saat itu memang aku sendiri juga sibuk menyelesaikan setrika yang harus diselesaikan sebelum sore. Karena setiap sore, saat jam pulang kerja, banyak pelanggan yang menyempatkan diri untuk mengambil paketan yang sudah jadi.
Setelah kuselesaikan satu paket setrikaan, ku timbang paketan yang baru datang tsb. Untuk ukuran Paket kecil agak berat juga, 3.8 Kg (dikali 4rb CKS hasilnya Rp 15.200), Kubuatkan nota dan mulai ku kerjakan.

Begitu kubuka resleting tas kecil nan cantik tsb, wuihhhh.... bau2 tak sedap muncul. Ku bongkar dengan cara ku tunang kedalam bak kusus untuk cucian kotor. Ternyata setelah kuperhatikan berisi bbrp CD, sepasang BH, beberapa kaos, dan baju tidur. Hmm... jorok benar nih pelanggan, hanya itu yang terlintas dibenakku.Tidak ada pikiran lain yang menggangguku. Segera ku rendam dengan diterjan agar mengurangi bau yg sangat tidak sedap itu. Aku perhatikan lagi bbrpa CD dan baju tidur agak basah, makanya berat ditimbangan.
Dengan menahan bau yang semakin menyengat, (sampai pusing kepalaku) ku aduk rendaman tsb. Kubuang airnya bbrp jam kemudian baru kumasukkan ke mesin cuci. kumulai proses pencuciannya.

Setelah selesai proses pencucian, ku keluarkan semua dari mesin cuci, dan mulai ku jemur satu persatu. Hmmm masih terlihat sisa2 noda hitam di CD dan baju tidur. Bau busuk juga masih lamat2 tersisa. Karena ga tahan ku hanger di luar toko.
Hari sdh agak sore, sinar matahari sdh ga akan maksimal, kuapakan nih paket. Sambil putar2 otak dan menahan bau yang mengganggu, kuputuskan untuk menyemprot dengan pewangi pakaian.
Hari sdah lumayan agak gelap, satu persatu pelangga Loundryku berdatangan untuk mengambil paketan yang sudah jadi. Kuputuskan untuk menggantung paketan bermasalah tsb diluar (samping Loundryku adalah lahan kosong). Ku Usahakan tidak terlihat banyak orang, karena berisi barang2 khusus ha ha ha....
Jam 11 malam aku cek satu persatu paketan yang ada diluar, kupilih apa ada yg bisa di setrika atau harus menunggu besok. Giliran sampai di paketan bermasalah, bingung juga, aku mau setrika kok terlalu ... padahal ini pelanggan biasanya minta Cuci Kering Setrika (pelanggan CKS). Udah kuputuskan langsung lipat dan bungkus paket, besok aku katakan terus terang ga sanggup setrika paketan tsb. Setelah ku lipat dan masuk kantong, jadilah paketan siap ambil. Kulanjut sedikit lemburan setrika.

Pagi jam 6, pintu toko diketuk pelanggan, kebetulan belakang Loundryku adalah mess karyawan sebuah proyek pengeboran minyak. Mereka jam 6 pagi ngumpul didepan Loundryku untuk menunggu jemputan ke lokasi proyek. Sambil menunggu jemputan, ada beberapa yang menjadi pelanggan Loundryku dan selalu setor pagi ambil malam (paket kilat).
Ku cek satu persatu sisa2 lemburan semalam, dan kumulai sms ke pelanggan yang bersangkutan, bahwa pakaian siap dan bisa diambil kapanpun. Termasuk paketan yang bermasalah itu.

Membuka Usaha Loundry hanya untuk membayar hutang

Hari ini 1 Oktober 2013, memasuki bulan ke 5 aku membuka usaha Loundry di kota keluargaku tinggal. Uang ku di dompet tersisa Rp 767rb, padahal aku harus menyiapkan 1jt rupiah untuk melunasi hutangku di adikku (wawan) hari ini. Semoga nanti malam ada pelanggan yg mengambil paketan yang sudah jadi. Sudah tak tahan rasanya aku ingin menyelesaikan masalah ini. Ingin rasanya aku secepat mungkin bebas dari segala masalah yang berhubungan dgn keluarga ini.

Aku bosan hidupku selalu serasa dimanipulasi oleh keluargaku. Disaat aku punya uang mereka bisa ikut merasakannya, disaat aku harus menderita, mereka masih "mentolo" membuat perhitungan denganku. Dan mereka tidak pernah wajib/merasa harus menghargai semua jerih payahku. Nasib....
Hari ini saatnya aku membuat perhitungan dengan adikku. Akan ku bayar sisa hutangku 1jt rupiah hasil dari pekerjaanku sebagai tukang cuci baju.

Tepat 2 tahun yang lalu aku ditawari adikku uang hasil pinjam dari koperasi dikantornya. Dengan sisa gajinya yangkurang dari 300rb sebagai jaminan nya. Sungguh  terenyuh bila ku ingat saat2 itu, sehingga aku urungkan niatku untuk menutup toko selulerku di kota ini. Ku urungkan niatku untuk pergi ke Malaysia bersama temanku. Karena sebenarnya aku sdh putus asa dengan segala masalah keuanganku saat itu.
Saat itu memang keuangan tokoku sudah habis. Hanya tinggal sedikit dagangan sisa ditoko dan barang2 pribadi yang tersisa. Saat itu aku punya sebuah sepeda motor mio, itupun BPKB sudah dipakai ibuku minjam dikoperasi, dan uangnya entah kemana larinya. Malam itu memang diadakan rapat keluarga. Membahas hutang adik perempuanku (Ukik) yang begitu banyak, sehingga harus menyeret beberapa anggota keluarga yang lain, sebagai korbannya.Termasuk BPKB ku yang dipinjam ibuku yang kemana hasil uang pinjamannya ga jelas larinya. Sungguh pelik masalah didalam keluargaku ini. Sehingga ku putuskan untuk menutup toko ku dan aku ingin hijrah ke Malaysia bersama teman ku. Rencana saat itu, aku ingin menjual habis sisa dagangan dan semua inventaris toko untuk modal berangkat ke Malaysia. Aku yakin disana aku bisa merubah nasibku, karena pada dasarnya aku di anugrahi yang maha kuasa akal budi yang diatas rata2, dan aku bersyukur atas itu. Aku ingin bekerja dan bila perlu beralih kwarganegaraan. karena aku sudah muak dan putus asa dengan masalah yang ada dikeluaga ini.

Karena tawaran  itulah aku urungkan semua niat2ku. Kupikir masih ada yang membuat berat langkah ku untuk melakukan rencanaku itu. Kupikir masih ada yang'benar'dan patut di'dengar' dari keluarga ini. Dan semua 'itu' harus kubyar mahal karena ketidak percayaanku terhadap naluriku sendiri.
Hutang 5jt hasil pinjam dikoperasi, hari ini adalah bulan terakhir. Dan harus dilunasi. Total tinggal 1jt. Itupun kubayar dengan ngos2an, karena iparku (istri wawan) gak mau tahu bagaimana keadaan ku yang sebenarnya. Mulai kubyar dengan tunai, sampai uang hasil penjualan invetaris toko sdh keberikan, sampai2 aku harus membuat utang baru dengan menggesek kartu kredit untuk kepergianku ke jakarta 9 bulan yang lalu. Sungguh tragis, inilah yang namanya saudara. Semua sisa barang2 pribadi ku diminta untuk kepentingan keponakanku, dan aku berikan melihat utk kepentingan keponakan. Tapi mereka (wawan+istri) tidak mau tahu, hutang tetap hutang dan harus dibyr tepat waktu, bila perlu segera dilunasi sebelum waktunya. Nelongsone...

Dari Jakarta aku pulang kembali kekota ini dan kuputuskan untuk membuka usaha Loundry. Modal sudah benar2 ga punya, tapi untunglah ada teman yang benar2 tulus membantuku. Dgn modal 5 Jt hasil minjam dari dia, kubuka usaha Ini. Kubuka usaha ini dengan niat untuk menyelesaikan hutang2ku. Bukan untuk hasil memperkaya diri. Karena dngan alasan apapun aku sudah tidak punya minat lagi untuk hidup dan menetap dikota ini.

Hutangku saat ini:
1.Wawan 1jt (pelunasan hari ini)
2.Wahyu 700rb (mantan pegawaiku yang belum kubayar)
3.BRI 585rb/bln (3X)
4.Kartu kredit Mega (entah sekarang jadi berapa)
5.Pinjaman 5 jt untuk memulai usaha ini

Aku percaya, berapapun hutang kita, asal kita niat bisa membayarnya. Tidak mustahil akan terbayar. Dan jangan pernah punya niat untuk menghindar dari tanggung jawab, karena itu akan mempersulit hidup dan dirikita sendiri. Seberat apapun hidup ini. Aku percayalah, masih ada yang lebih berat dari masalah yang kita hadapi.

Planing kedepan. Hutang LUNAS, buka hidup baru (apapun pekerjaan itu) di tempat baru. Ku abdikan hidupku pada seseorang yang lebih pantas ku anggap sebagai saudara.

Inilah kisahku ....